Senin, 02 Juni 2008

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA

Setiap penyakit sudah tentu ada obat penyembuhnya kecuali bagi orang2 yang tidak ingin sembuh atau ingin selamanya penyakit itu bersarang dalam dirinya.Penyakit hati juga bisa disembuhkan dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa menjauhi larangan Allah.
Ada juga penyakit hati yang tidak ada obatnya yaitu,bagi orang2 yang mendustakan agama Allah,ini obatnya kalau orang2 tesebut sadar dengan apa yang dilakukannya dan mau menerima agama yang benar dari Allah,seperti dalam Al quran surat Al Baqarah ayat 10 yang artinya.” Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.,Yang mana maksud dari ayat ini adalah,ada rasa dengki dan iri tehadap sesuatu apakah itu terhadap orang lain atau terhadap Agama Allah.
Dan yang menderita penyakit ini biasanya disebut munafik ,dimana dia mengaku islam padahal dia kufur.

Sebagai umat islam, kita tentu sudah tau bagaimana yang dikatakan orang munafik dan tidak perlu terlalu di jabarkan dalam tulisan ini,yang jelas penyakit ini adalah satu penyakit kronis,yang obatnya hanya dengan jalan bertaubat.
Dalam hal ini yang ingin di bahas adalah bagian dari peyakit yang sudah di tentukan Allah swt.
>>Penyakit Syubhat,inilah satu penyakit dimana penderitanya senantiasa merasa ragu akan kekuasaan Allah hingga si penderita menerima kekukfuran dan kemunafikan,sebaiknyalah kita berlindung kepada Allah terhindar dari penyakit ini. Penyakit syubhat, ini lebih parah daripada penyakit syahwat. Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya. Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)
>>Penyakit Syahwat,mengenai penyakit ini Allah berfirman dalam surat Al hzab ayat 32 yang artinya “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. Yang dimaksud dengan "tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian kepada orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka, sementara yang dimaksud dengan "dalam hati mereka ada penyakit" ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.Untuk semua inilah Allah wasiatkan kepada kaum wanita untuk tidak tunduk atau lemah dalam berbicara,sebab kelemahan ini akan bisa di manfaatkan oleh orang2 yang dirinya sudah terkena virus penyakit syahwat ini,maka sebaiknyalah kita lebih banyak berzikir dan berlindung kepada Allah semoga terhindar dari segala bentuk penyakit hati dan jenisnya.
Sebenarnya apa yang menyebabkan timbulnya penyakit hati dalam diri seorang umat manusia antara lain :
1. Syirik,dalam artian mempersekutukan Allah dengan yang lain atau lebih mempercayai sesuatu di banding Allah yang Maha dari segala yang Maha,atau meminta pertolongan kepada selain Allah misalnya ke pada pohon2 besar atau benda2 lain yang di anggap keramat.Padahal sebagai umat islam sadar bahwa memohon itu hanya kepada Allah dan minta perlindungan dari hati yang penuh ragu,karena keraguan dapat membuat hati kita tercabik2 dan mengakibatkanseorang manusia tidak mempunya hati dan hisupe seperti binatang ternak.,“atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).(al furqaan 44).Kalau sudah demikian halnya maka manusia tersebut hidup sama denrajatnya dengan binatang ternak,dan bisa saja binatang lebih terhormat dari manusia itu sendiri.Sebab binatang tidak hidup dengan akal dan iman serta akidah,subhanallah semoga kita terlindung dari hal2 demikian.
2.Perbuatan maksiat,perbuatan maksiat ini bisa berkarat dalam hati dan akan menjadi penyakit yang akut,hingga dapat membuat sipenderita tidak dapat melihat,tidak bisa mendengar,dan tidak bisa merasakan kebenaran dan kesalahan,dan tidak sanggup lagi menggunakan pikirannya secara wajar,dan penderita itu ibarat segumpal daging yang didalamnya terkandung urat nadi dan darah,Allah Ta’ala berfirman “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik(Al_Maidah 13).
Apabila hati telah terkena virus maksiat,maka ia akan hancur berkeping2 sehingga dia tidak lagi menyukai kebaikkan,peringatan dan dakwah, ilmu dan sebagainya,dan penderita akut yang seperti ini tak ubahnya bagai seekor sapi yang hobbynya hanya mencari kesenangan semata.Dan Allah jelas2 memperingatkan hambanya yang terkena penyakit ini dalam surat Al A’raaf 175-176 yang artinya “
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.(175) Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.(176)
3.Lalai,penyakit ini hampir dapat dikatakan menimpa siapa saja hamba2 Allah,tidak pilih kasih apakah dia hidup dikota metropolitan maupun di desa yang terpencil,ulama,da’i dan para orang2 gede senantiasa sering terkena penyakit hati yang satu ini.Mungkin kita pernah bertemu ataupun berhadapaan langsung dengan orang yang selalu mendengar perintah dan mendengar khutbah atau nasihat,tapi itu belum tentu dapat merubah semua tingkah lakunya sehari2,ini terjadi karena kelalaiannya,dan lalai dari mengingat Allah.Dalam Al-quran di jelaskan tentang masalah ini dalam surat Al Anbiya : 97 -98
“Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim"(97). Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.(98)
Dari ayat itu sudah dapat di gambarkan bagaimana seorang yang lalai,dan menurut Abu Hurairah ra. “orang yang lalai ialah orang yang masuk kedalam mesjid tetapi jenggotnya di gayuti oleh syeitan.dan dipaksa untuk memandangi langit-langit atap mesjid,tapi bukan untuk mengingat Allah”.
Bagaikan seorang aktivis yang hidupnya hanya di isi bernyanyi2 dan bernari2 memainkan berbagai alat musik atau membaca majalah2 cabul,maka kalau sedang sholat hatinya akan merasa gelisah dan letih.
Dan masya Allah, sungguh malang orang-orang yang lalai memelihara dan menjaga hatinya, sehingga menjadi qalbun maridh (hati yang sakit). Ibarat cermin, ia adalah cermin yang tidak terawat, sehingga penuh noktah-noktah (titik-titik) hitam. Mulanya mungkin hanya satu noktah, namun dari hari ke hari noktah itu terus bertambah dan bertambah. Akibatnya, setiap benda sebagus apa pun yang disimpan di mukanya akan tampak lain pantulan bayangannya. Setidak-tidaknya bayangan benda itu tampak buram dan lebih buruk daripada aslinya. Apalagi yang bercermin di depannya, siapa pun dia, niscaya akan merasa kecewa. Ini karena sebagus dan serapi apa pun dandanannya, bayangan yang terpantul dari cermin akan tampak buruk dan kusam.Sebenarnya masih banyak lagi sebab2 yang dapat merusak dan mencabik2 hati manusia selain hal yang tiga itu,,ada yang namanya takabur(merasa dirinya paling mampu dari orang lain) atau ujub atau sombong yang kesannya kagum akan diri sendiri,dimana ujub itu terjadi karena,merasa dirinyalah yang paling hebat dan perkasa seperti si Firaun karena sombongnya dia binasa.
Riya,dengki dan iri serta lebih memilih dunia juga termasuk dalam penyakit hati,yang dengan cara mendekatkan diri kepada Allah penyakit itu akan sembuh,dan berusaha dan berjanjilah untuk senantiasa dekat kepada Allah dan minta perlindungan dari Allah agar terhindar dari segala jenis penyakit hati,baik yang kronis maupun yang tidak kronis.
Sebab kalau hati sedikit saja sudah rusak,kalau tidak cepat di sembuhkan akan semakin parah,rusaknya dan akan menjadikan hati itu mati.Apa yang paling membimbangkan kita ialah apabila hati mati, kerana inilah kemusnahan yang amat besar terhadap manusia. Matinya hati adalah bencana dan malapetaka besar yang bakal menghitamkan seluruh kehidupan di dunia dan akhirat. Inilah ujian apabila kita lalai dan hendaklah kita coba mengobati dan membersihkan hati kita. Kegagalan kita menghidupkan hati akan dipertanggung jawabkan oleh Allah Subhanahu Wataala di akhirat kelak.
Untuk mencegah terjadinya semua itu,mulailah kita sama2 untuk menata dan mengobati hati yang sakit sedini mungkin, dengan cara zikurrullah dan senantiasa dekat dengan Allah,dalam keadaan berdiri atau duduk,maupun berbaring, diwaktu pagi dan sore.Seperti yang ada dalam surat al imran ayat 191”yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Hati yang sehat dalam pandangan Allah Azza wa Jalla tiada lain adalah hati yang selamat (qalbun salim). Ia tidak ubahnya laksana cermin yang bening dan bersih, sehingga bayangan yang terpantul darinya akan persis sebagaimana benda yang ditaruh di mukanya. Tampak jelas, apa adanya, dan indah. Siapa saja yang bercermin di depannya, niscaya akan merasakan kepuasan karena tidak merasa "didustai" oleh sang cermin.
Semoga Allah memberikan kita semua qalbun salim,dan terhindar dari qalbun maridh (hati yang sakit).Wallahualam,segala yang benar datang dari Allah dan yang salah dari penulis.
>>Iri Hati,Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari

Bahan rujukkan:Al_Qulub Al Maridhat>>> sayikh Aidh Bin Abdullah Al_Qarni
Terjemahan Alquran.
ari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.


Tips ampuh mengobati penyakit hati:

Yang paling mendasar dari semua aktifitas dalam kehidupan kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Jadi semua problem yang kita alami kita kembalikan pada hakikatnya kepada mengingat Allah(dzikir).

Berikut adalah landasan yang bisa memotifasi teman-teman untuk mengobati hatinyaz yang mungkin sakit,,,

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu" (QS. al-Baqarah : 45)

Penyakit hati ini harus dibersihkan dengan dzikrullah, sesuai dengan hadits Rasulullah Saw.:

"Sesungguhnya untuk segala perkara itu ada obat pencucinya, sedangkan pencuci hati itu adalah dzikir (ingat hati) kepada Allah".

Minggu, 01 Juni 2008

Menurut saya,, karakter guru terbaik adalah :

1) Berwawassan Luas: Guru menguasai dan kompeten dalam bidang studi yang diajarkan, seorang guru jaga mampu mengikuti perkembangan zaman sehingga memahami betul hal-hal yang sedang “in” di kalangan anak didik.

2)
Berpenampilan Menarik: Seorang guru harus memperhatikan penampilannya untuk mendukung kondisi belajar mengajar yang segar.

3)
Supel: mampu beradaptasi dengan muridnya dan membaur dangan perasaan/psikologis mereka, sehingga guru tidak hanya diposisikan sebagai seorang guru, tetapi juga orang tua yang bertanggung jawab, kakak yang melindungi, juga sebagai teman tempat berbagi.

4)
Kreatif : mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga dapat mengondisikan suasana belajar yang asik, aktif dan hidup, hal ini dimaksudan agar tidak jenuh dan membuat kantuk, karena guru yang memiliki kreatifitas seni lebih biasanya disenangi oleh muridnya.

5)
Memotivasi: Selalu memberikan semangat dan dukungan moril yang positif agar tujuan pendidikan dapat terwujud.

6) Humoris : Seorang guru yang humoris bisa menjadikan anak didiknya menjadi lebih santai dan tidak terlalu tegang. Guru humoris itu memang banyak di idolakan para anak didik sebagian besar, karena akan lebih membawa suasana yang segar dan tidak terlalu serius.

Menurut saya, guru terburuk adalah :

1) Tempramental : Guru yang mudah marah/tersinggung, cenderung galak juga kurang pandai mengendalikan emosi.

2) Diktator : Guru yang mengedepankan egonya memaksakan kehendak, banyak menuntut dan mengatur tanpa melihat kemampuan dan kesanggupan siswa.

3) Kolot : Tidak memahami situasi perkembangan siswa, melihat sesuatunya secara subjektif dan tidak objektif.

4) Monoton : Terlalu tepaku pada materi dn sistem pengajaran yang baku dan tidak pandai berimpropisasi.

5) Acuh tak acuh : Bersikap cuek/tidak peduli/masa bodoh terhadap usaha / proses balajar siswa. sehingga hal ini mengakibatkan kekecewaan dan krisis percaya diri yang menurun pada peserta didik.

6) Tidak bersahabat : sikap ini lah yang banyak tidak disukai anak didik , yaitu karena sifatnya yang tidak berusaha mengenal anaka didiknya. Sebaik mungkin sebanyak-banyaknya anak didik, maka guru harus berusaha untuk mengenali anak didiknya beserta karakternya masing-masing.

BE A GOOD TEACHER yAch ....


Penyakit Hati

Macam & Jenis Penyakit Hati / Sifat Buruk - Iri Hati, Dengki, Hasut, Fitnah, Buruk Sangka, dan Khianat - Definisi & Pengertian

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :

1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.

2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.

3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.

4. Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.

5. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.

6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

Senin, 26 Mei 2008

Beberapa Aliran dalam filsafat pendidikan

Di dunia dikenal beberapa aliran utama filsafat pendidikan yang di antaranya dapat disajikan berikut ini:

1. Perennialisme

(a) Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah manusia. (b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan. (c) Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta. (d) Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami. (e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang mungkin. (f) Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi, fokus pada perkembangan personal. (g) Memiliki dua corak:
(1) Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional. (2) Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada.

2. Esensialisme

(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional. (c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri. (g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.

3. Progresivisme

(a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik. (b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut. (c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. (d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. (e) Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai. (f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi. (g) Bercorak student-centered. (h) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. (i) Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.

4. Rekonstruksionisme

(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan. (b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist. (c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan. (e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (f) Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).

5. Eksistensialisme

(a) Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran yang merdeka dan otentik. (b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dan tidak dengan kualitas-kualitas abstraknya. (c) Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya. (d) Individu seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus berubah. (e) Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses pendidikan, baik guru maupun murid. (f) Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana siswa bebas memilih kurikulum dan hasil pendidikannya.

6. Behavioral Engineering (Rekayasa Perilaku)

(a) Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory). (b) Percaya bahwa sikap manusia kebanyakan merefleksikan tingkah laku dan tindakan yang terkondisikan oleh lingkungan. (c) Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk mengarahkan sikap manusia. (d) Pendidik perlu membangun suatu lingkungan pendidikan dimana individu didorong melalui ganjaran dan hukuman untuk kebaikan mereka dan orang lain.


Tindakan

Information

Minggu, 06 April 2008

Masa Remaja Aku ............

Masa Remaja .....................
Yap,, itulah masa yang datang hanya satu kali.....
Masa remaja ,,, masa dimana para muda-mudi banyak ingin tahu.........
Masa Remaja ku,, tergolong sangat gembira dan saya merasa,masa remaja saya begitu sempurna dengan di hadirinya orang-orang yang menyayangiku...........
Saya bersyukur punya orang yang banyak sayang pada saya, orang tua saya, solmate
, saudara saya dan banyak pula teman yang mendukung pendidikan saya...

Namun tak sedikit pula konflik yang datang merundung masa remajaku..........
Contohnya saja Orang tua ku yang amat tidak suka jika saya main keluar pada malam hari, karena saya seorang perempuan yang harus extra hati-hati kemanapun saya pergi. memang sih itu untuk kebaikan saya, namaun saya juga ingin bermain selayaknya seperti teman-teman yang lain. Tapi saya yakin orang tua saya melarang seperti itu, karena mereka sayang kepada saya.......

Hmm..... Udah dulu dweeeeeeeeeehhhh......
saya bingung jadinya... Hehe

Kreatifitas

Bicara masalah kreasi dan kreatifitas, sepertinya saya bukan orang yang berbakat dalam hal itu. Namun yang benar-benar tak terlupakan adalah pada waktu itu, saya dan mama saya mencoba untuk membuat bunga dari barang bekas, yaitu dengan bahan sedotan air minum dengan botol aqua. Memang suatu hal yang perlu kita perhatikan ,, Bekas bukan berarti barang yang tak berguna, akan tetapi itu juga bermanfaat. Hal yang pertama hanya coba-coba, ternyata kami berhasil membuatnya dan hasilnya pun lumayan bagus,, hingga tetangga pun minta ajarkan kepada kami, lalu kami pun tak segan untuk berbagi sedikit kreasi kami. Hingga akhirnya kami sering menyebutnya " Bunga Sedotan "

Bahan- Bahannya
Sedotan warna-warni
Botol Aqua bekas 1 liter

Alatnya
Gunting
Lem/solasi

Rabu, 12 Maret 2008

perkembangan remaja 2

Perkembangan Moral

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16, seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tingkat Pra Konvensional

Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan

Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat “baik’, hal itu karena anak menilai tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas

Tahap 2 : Orientasi Relativis-instrumental

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap :

Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”

Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.

Tahap 4 : Orientasi hukuman dan ketertiban

Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib/norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.

3. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom / Berlandaskan Prinsip)

Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini:

Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial Legalitas

Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial (jadi bukan membekukan hukum itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun kontrak. Inilah “ moralitas resmi” dari pemerintah dan perundang-undangan yang berlaku di setiap negara.

Tahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal

Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas imperatif kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret seperti kesepuluh Perintah Allah. Pada hakikat inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.

Berdasarkan penelitian empirisnya tersebut, secara kreatif Kohlberg menggabungkan berbagai gagasan dari Dewey dan Piaget, bahkan berhasil melampaui gagasan-gegasan mereka. Dengan kata lain ia berhasil mengkoreksi gagasan Piaget mengenai tahap perkembangan moral yang dianggap terlalu sederhana.Kohlberg secara tentatif menguraikan sendiri tahap-tahap 4, 5 dan 6 yang ditambahkan pada tiga tahap awal yang telah dikembangkan oleh Piaget. Dewey pernah membagi proses perkembangan moral atas tiga tahap : tahap pramoral, tahap konvensional dan tahap otonom. Selanjutnya Piaget berhasil melukiskan dan menggolongkan seluruh pemikiran moral anak seperti kerangka pemikiran Dewey, : (1) pada tahap pramoral anak belum menyadari keterikatannya pada aturan; (1) tahap konvensional dicirikan dengan ketaatan pada kekuasaan; (3) tahap otonom bersifat terikat pada aturan yang didasarkan pada resiprositas (hubungan timbal balik). Berkat pandangan Dewey dan Piaget maka Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap pertimbangan moral anak dan orang muda seperti yang tertera di atas.

Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada tahap moral yang lebih rendah.

Selanjutnya penelitian lintas budaya yang dilakukan di Turki, Israel, Kanada, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Meksiko memberikan kesan kuat bahwa urutan tahap yang tetap dan tidak dapat dibalik itu juga bersifat universal, yakni berlaku untuk semua orang dalam periode historis atau kebudayaan apa pun.

Menurut Kohlberg penelitian empirisnya memperlihatkan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan kemudian. Diakuinya pula bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai “regresi fungsional”. Nah, dimana tingkatan moral anda? (jp)

Perkembangan Moral

Oleh: Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.

Jakarta, 21 Juni 2002